Wisata Panen Apel di Kota Batu: Baraya Dapatkan Rahasia Memetik Apel Sempurna

KABAR CIREBON - Liburan di Kota Batu, Provinsi Jawa Timur akan kurang lengkap bila melewatkan pengalaman memetik apel secara langsung dari pokoknya. Hal ini juga menjadi pertimbangan bagi komunitas Backpacker Bandung Raya (Baraya), yang saat berada di kota tersebut, tak ingin mengabaikan kunjungan ke kebun apel.

Banyak kebun apel di kota Batu yang dapat dilihat oleh wisatawan. Harga tiket masuk cukup terjangkau dan berada dalam range dari 20ribu sampai 25ribu rupiah.

Pengunjung dapat mengambil apel dari kebun secara langsung di area seperti Selecta, Sidomulyo, Bumiaji, Tulungrejo, sampai Kelurahan Sisir. Umumnya, selain memetik apel, wisatawan juga berkesempatan untuk menanam buah-buahan lain atau sayuran yang telah disiapkan oleh pihak manajemen.

Menariknya pengalaman memetik apel di Kota Batu adalah tamu yang berkunjung tidak dapat pergi langsung ke kebun. Sebaliknya, mereka wajib naik kendaraan angkot untuk dibawa dari tempat pertemuan sampai lokasi kebun apel tersebut.

Pesan tersebut mengindikasikan adanya kolaborasi antara pihak yang mengurus kebun apel dengan para supir angkutan kota di Batu, bertujuan untuk mendorong kemajuan bisnis mereka bersama-sama. Tambahan lagi, hal ini juga dimaksudkan agar lebih mudah bagi wisatawan dari daerah lain untuk mencapai lokasi kebun apel tersebut.

Menyadari bahwa memetik apel merupakan salah satu atraksi dalam perjalanan mereka ke Kota Batu, para anggota Baraya pun merespon dengan antusiasme yang besar. Sebelumnya, kunjungan mereka ke kota tersebut terbatas pada pengunjungan Museum Angkut serta berbelanja di sentra oleh-oleh saja.

Hendra Bintang, ketua Baraya, menyebut bahwa kegiatan panen apel secara langsung memang menjadi salah satu atraksi tambahan saat berada di Kota Batu. Anggotanya tampak sangat antusias dengan kesempatan ini dan ingin mencoba memetik buah apel langsung dari pokoknya.

"Saat tiba di Museum Angkut untuk mencari oleh-oleh, terlebih dahulu para anggota Baraya mengalami langsung proses panen apel. Secara rata-rata, setiap anggota mampu memanen lebih dari satu kilogram buah apel," jelas Hendra Bintang.

Kini harga apel yang baru dipanen dari pokoknya telah mencapai angka Rp35ribu per kilonya. Pengunjung dapat mengonsumsi sepuasnya buah apel tersebut selama berada di kebun tanpa harus membayar tambahan biaya apa pun.

Beberapa anggota dari Baraya seperti Teh Sari, Bu Rachmalia, Bu Juju, Manda, Risma, Bu Wenny, Bu Atti, Teh Tita, Bu Emma, Teh Avie, serta Teh Ririe menyatakan kegembiraan mereka atas kesempatan memetik buah apel.

"Kapan lagi kita dapat memetik apel segar langsung dari dahanannya? Kesempatan seperti ini jarang terjadi. Wajar rasanya kami sangat bergembira," kata Bu Atti sambil disokong oleh suami, Kang Toni.

Hal yang sama dirasakan Bu Wenny, Bu Rachmalia, dan Bu Juju, mereka antusias memetik apel, mulai dari warna yang hijau, hijau kekuningan, hingga hijau kemerahan.

Sebelum anggota Baraya memetik apel, mereka diberi arahan tentang teknik yang tepat untuk meraih buah tersebut dari cabangnya. Sesuai petunjuk manajemen tempat itu, wisatawan perlu menggunakan tangan kirinya untuk menyangga batang pohon sementara tangan kanannya digunakan untuk mencabuti apelnya.

Memetik buah apel sebaiknya dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai hanya menarik sembarangan. Jika terlalu kasar dalam penarikan, batang pohon mungkin rusak dan ini dapat mengganggu perkembangan tanaman apel secara keseluruhan. Sebuah pohon apel yang batangnya telah retak akan memiliki kesulitan untuk memproduksi buah di masa mendatang.

Di berbagai kebun apel di Kota Batu, wisatawan dapat melihat beberapa varietas buah apel seperti Wangli, Beauty, Rome, Anna, dan Manalagi. Selain itu, petani penghasil apel umumnya juga membudidayakan pohon jeruk, jambu, hingga sayuran likeun.

Anggota Baraya, Mas Boy dan Teh Sari sangat mengenal dengan baik berbagai jenis apel yang terdapat di kebun kota Batu. Keduanya memberikan penjelasan kepada para anggota lainnya dari kelompok Baraya tentang variasi-variasi rasa buah apel tersebut.

Kesenangan dari merasakan sensasi memakannya apel juga dialami oleh Bu Lela, Bu Reina, Bu Mien, Mom Yoke, dan Teh Ima. Mereka sungguh-sungguh menikmati proses mengonsumsi apel yang masih berada di kebun tersebut.

"Berkat segarnya, memakankan apel langsung dari dahan memberikan sensasi berbeda. Tak hanya itu, begitu banyak buah yang dikumpulkan hingga tak sadar dompet telah bertambah beban oleh hasil panen tersebut," kata Bu Mien.

Setelah memanen apel, para anggota Baraya kemudian diantar menggunakan angkutan umum menuju tempat pertemuan mereka. Mereka pun menyiapkan diri untuk pergi ke sentra oleh-oleh Arum Manis.

Meskipun mereka telah membawa tas yang penuh dengan apel, para anggota Baraya masih mencari lebih banyak buah apel dalam bentuk camilan lainnya seperti strudel apel, brem apel, keripik apel, cuka apel, serta minuman rasa apel.

Ebi Omami selaku koordinator lapangan mengatakan bahwa aktivitas memetik buah apel dapat memberikan kegembiraan kepada anggota Baraya, khususnya bagi para wanita. Mereka merasakan kesenangan saat memunguti apel yang nantinya akan dijadikan hadiah bawa pulang.

"Cobalah kita dorong agar keinginan para anggota terpenuhi. Kebetulan masih ada slot waktu yang tersedia dan dapat digunakan untuk memanen apel," tandas Ebi.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama